Kutu termasuk parasit di luar tubuh (ektoparasit) yang perlu dikontrol rutin oleh pemilik hewan. Mengapa? Karena kutu akan mengisap darah hewan yang ditumpangi, dengan cara merusak pembuluh darah terkecil (kapiler). Bagi hewan yang sensitif, rusaknya kapiler darah dan sekresi ludah kutu (yang mengandung neurotoksin) akan menimbulkan reaksi alergi, sehingga hewan bersangkutan akan memperlihatkan gejala kegatalan kulit. Hewan yang memiliki cukup banyak kutu akan menggigit-gigit, menggaruk-garuk serta menggosok kulitnya sehingga merusak lapisan luar kulit (epidermis) yang kemudian menimbulkan kerusakan (iritasi) pada kulit. Iritasi ini dapat meluas menjadi bentuk peradangan kulit yang bila tidak segera diobati akan menghasilkan bentuk klasik berupa rontoknya rambut yang secara nyata diikuti kebotakan dan penebalan kulit (hiperkeratosis). Akibatnya, selain kulit hewan kesayangan menjadi buruk dan rusak, iritasi lokal kulit akan menimbulkan infeksi yang mempermudah masuknya kuman penyakit seperti virus, jamur, parasit, dan infeksi bakteri.
Akibatnya, hewan menjadi tidak tahan terhadap penyakit, karena isapan darah oleh kutu dapat menyebabkan anemia, berat badan menurun, dan mengurangi nafsu makan selain mengganggu kegembiraan hewan itu sendiri.
Karena itu, bila anjing atau kucing memperlihatkan gejala kegatalan,
sebaiknya kita mewaspadai adanya serangan kutu. Sebaiknya kita segera
memisahkan anjing dan kucing yang terserang kutu itu dari yang sehat,
karena ada beberapa jenis kutu hewan yang dapat terbang jauh dan
menulari hewan kesayangan lainnya.Karakteristik kutu
Secara sempurna, kutu hewan memiliki empat tahap pertumbuhan yaitu telur, larva, nimfa (kepompong), dan bentuk dewasa. Larva kutu memiliki tiga pasang kaki, sedangkan bentuk kepompong dan dewasa memiliki empat pasang. Uniknya, kaki depan mereka punya tugas khusus, merasakan bau, suhu, dan kelembaban sekitar mereka.

Di sekitar hewan kesayangan, jenis kutu yang sering dijumpai adalah kutu loncat (fleas) pada anjing dan kucing; caplak dan sejenis tungau (S scabiei) pada anjing. Jenis tungau yang disebut terakhir inilah, yang dapat menyebabkan penyakit skabies pada kulit yang dapat menulari manusia bila pemiliknya kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya.
Beberapa jenis kutu dapat tahan hidup selama beberapa bulan tanpa ada makanan, jika lingkungannya memenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya kutu-kutu itu dapat ditemukan di tempat-tempat seperti semak-semak, kayu, dan belukar. Ini perlu diketahui, karena pemberantasan kutu hewan yang tidak sempurna akan sia-sia mengingat kutu yang tahan puasa dapat aktif kembali.
Kutu hewan kesayangan amat menyukai tempat yang lembab dan hangat guna menyelesaikan siklus hidupnya. Pada negara yang memiliki empat musim, kutu itu biasanya akan muncul pada musim panas. Sedangkan problem investasi kutu di negara kita yang memiliki iklim tropis, dapat terjadi sepanjang tahun.
Pada daerah lembab, sejenis kutu loncat dapat tahan hidup di luar tubuh induk semang (host)-nya selama tujuh bulan meski tidak mengisap darah host-nya. Ketika hinggap pada host-nya, mereka akan makan dengan rakus. Hanya sedikit hasil isapan darah host-nya yang dicerna kutu. Sisanya akan dikeluarkan dalam rupa kotoran kecil berwarna hitam. Makanan (darah) akan merangsang kutu itu untuk bertelur selagi mereka masih dalam host. Seekor kutu betina dewasa dapat menghasilkan ratusan telur sepanjang hidupnya.
Telur kutu yang berwarna putih dan kecil tidak menempel pada kulit atau bulu host-nya, tetapi jatuh bebas dan mengotori lingkungannya seperti tempat tidur, karpet, ubin, dan sekitarnya.
Seluruh siklus kehidupan fleas terjadi secara sempurna dalam waktu kurang lebih tiga bulan di bawah kondisi lingkungan yang memadai. Jumlah kutu yang terlalu banyak dapat pula menggigit kulit manusia meski manusia bukan host mereka.
Pencegahan dan penanggulangan
Predator (musuh/pemangsa) kutu secara alami adalah beberapa jenis burung, tikus, serta semut yang dapat mengurangi populasi kutu yang hidup bebas. Sejenis semut api (Pheidole megachepala) merupakan predator kutu terkenal.
Pengontrolan terhadap kutu hewan harus dilakukan rutin dengan mengingat beberapa aspek.
- Seluruh hewan dalam satu rumah harus mendapat treatment parasitida, seperti pirethin, organopospat, atau produk karbamat secara teratur. Aplikasi langsung pada kulit dapat dilakukan dalam bentuk: semprot (spray), mandi (dipping), atau bedak tabur. Hati-hati dengan produk-produk itu karena biasanya kucing amat sensitif. Alternatif lain, dapat menggunakan kalung antikutu (flea collar) yang mengandung bahan aktif amitraz guna mencegah kutu baru serta mengurangi kutu yang sudah ada lebih dahulu.
- Tempat bekas tempat tidur hewan harus diberi insektisida guna memberantas telur dan larva. Alas tidur harus sering diganti dan dicuci secara rutin.
- Ruangan yang sering didatangi hewan anjing dan kucing harus sering dibersihkan dan di-vacuum cleaner.
- Tempat di luar yang sering ditiduri hewan tadi harus sering dibersihkan dan diberi insektisida terutama pada musim panas.
- Mandikan secara berkala hewan kesayangan kita agar sejenis kutu berkulit keras (caplak) yang biasanya sangat erat berikatan dengan kulit hewan anjing tidak memiliki kesempatan berlama-lama di tubuh dan membatasi kesempatan neurotoksin asal kutu tidak diserap tubuh hewan maupun kemungkinan transmisi kuman patogen lainnya.
(1) kandungan zat aktif,
(2) target parasit yang akan dibasmi,
(3) potensi,
(4) keamanan,
(5) dosis, dan
(6) kemudahan cara pemakaian.
Yang amat perlu diperhatikan adalah bahaya keracunan. Biasanya obat kutu tidak saja bekerja membasmi kutu tetapi juga menghambat kerja suatu enzim ACTH yang membantu proses metabolisme dalam tubuh hewan. Perhatikan pemakaian dosis yang tepat, hindari dosis yang berlebih karena akan membahayakan keselamatan hewan kesayangan kita. Jangan mengaplikasikan kepada hewan yang sedang sakit, sedang menuju proses penyembuhan penyakit, sedang stres, atau hewan yang berumur di bawah tiga bulan.
Alternatif obat kutu tradisional yang berasal dari akar tanaman rotenon dan pyrethrin yang berasal dari ekstrak bunga Chrysanthemum cinerariaefolium merupakan produk yang aman bagi manusia dan hewan.
Beberapa orang yang hewan kesayangannya menjadi pasien saya mengatakan pengalaman mereka memberantas kutu hewan dengan minyak tanah atau DDT maupun tembakau. Pemakaian segala bentuk parasitida kalau tidak hati-hati atau berlebihan akan menimbulkan keracunan, di mana hewan yang terkena akan mengalami kekejangan, muntah serta merusak sistem pernapasan. Akhirnya, hewan tidak sadar diri (koma) sebelum akhirnya mati. Karena kelalaian kita, jangan sampai parasitida yang dipakai untuk memberantas kutu, justru ikut menewaskan binatang kesayangan. Segera bawa hewan kesayangan kita pada dokter-hewan terdekat guna mendapatkan pertolongan segera bila Anda menjumpai masalah keracunan itu.Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar