Anjing
dan kucing yang berkutu sangat menjengkelkan bagi pemiliknya. Tidak
Cuma membuat kulit satwa itu jadi rusak dan kekurangan darah, tapi kutu
juga bisa mengakibatkan kelumpuhan. Untuk itu diperlukan penanganan yang
seksama agar hewan pemeliharaan bebas kutu pengganggu.
Meskipun anjing dan kucing telah dirawat
sebaik-baiknya oleh si pemilik, tidak menutup kemungkinan kutu tetap
menyerang. Hal ini biasanya dialami oleh hewan peliharaan yang dibiarkan
keluar rumah. Namun, kutu juga bisa terbawa saat si hewan sedang
latihan, mengikuti kontes, diajak jalan-jalan, atau dibawa ke dokter
hewan. Iklim tropis di negara kita terutama di dataran rendah panas dan
lembab, sehingga cocok sekali untuk perkembangbiakkan kutu. Bila keadaan menguntungkan, beberapa jenis kutu akan berkembang biak menjadi puluhan bahkan ratusan ekor hanya dalam beberapa minggu.
1. Tiga Jenis Kutu
Jenis kutu anjing dan kucing : ticks (caplak)
gambar : wikipedia.org
gambar : wikipedia.org
Kutu yang menghinggapi anjing dan kucing pada dasarnya terbagi 3 jenis, yaitu ticks (caplak), fleas (pinjal), dan lice
(tuma). Dari ketiganya, caplaklah yang paling gampang ditemukan karena
melekat di kulit dan ukurannya cukup besar. Si betina yang siap bertelur
panjangnya 0,8-1 cm. tempat favoritnya di sekeliling leher, bagian
dalam telinga, dan di sele-sela jari. Caplak paling umum ditemukan pada
anjing.
Pinjal termasuk kutu yang sulit
ditangkap, karenagerakannya cepat dan dapat meloncat. Kehadirannya
ditandai dengan kotoran berupa butir-butir hitam seperti pasir bercampur
dengan telurnya yang berwarna putih. Biasanya terdapat di sela-sela
bulu. Kutu jenis ini paling sering menyerang kucing. Bagian tubuh kucing
yang sering ditempatinya: sekeliling leher, punggug, dan perut bagian
bawah.
Tuma mirip pinjal, tapi tubuhnya pipih,
warnanya lebih pucat dan tidak bisa meloncat. Telurnya mengandung zat
perekat, sehingga menempel pada bulu.
Dalam perkembangan hidupnya, tuma tetap berada pada tubuh inangnya. Berlainan dengan tuma, caplak dan pinjal lebih lama berada di luar inang, termasuk penempatan telurnya. Hal ini perlu dipertimbangkan saat melakukan pemberantasan ketiga jenis kutu tersebut.
2. Gatal Hingga KelumpuhanDalam perkembangan hidupnya, tuma tetap berada pada tubuh inangnya. Berlainan dengan tuma, caplak dan pinjal lebih lama berada di luar inang, termasuk penempatan telurnya. Hal ini perlu dipertimbangkan saat melakukan pemberantasan ketiga jenis kutu tersebut.

fleas disebut juga (pinjal)
Adanya kutu dalam tubuh hewan peliharaan
seringkali menjadikan perilaku mereka tidak tenang. Gigitan kutu
menimbulkan rasa gatal yang hebat, sehingga si anjing atau kucing
menggosok-gosokkan atau mengigiti juga menggaru-garuk bagian tersebut.
Akibatnya bisa terjadi infeksi pada luka-luka yang timbul. Kebanyakan
kutu menghisap darah inangnya. Karena itu, jika jumlah kutu cukup banyak
tubuh hewan bisa lemah dan kurang darah.
Ludah pinjal dikhawatirkan membuat kulit beberapa anjing
dan kucing yang peka jadi alergi. Tidak usah menunggu jumlahnya banyak,
satu ekor pun sudah cukup menyebabkan gangguan kulit pada mereka. Ludah
caplak lebih berbahaya lagi, karena kadang dapat mengakibatkan
kelumpuhan.
3. Berbagai Cara Pemberantasan
Kutu kucing
Kutu bisa dikendalikan dengan
insektisida harus hati-hati sesuai aturan pakai. Anak anjing dan anak
kucing lebiih mudah keracunan daripada yang dewasa. Kucing tidak tahan
terhadap beberapa jenis insektisida. Jadi, obat kutu anjing tidak boleh
diberikan pada kucing. Anak kucing
atau anak anjing. Apalagi insektisida untuk lingkungan, sama sekali
tidak boleh diterapkan pada hewan. Prioritas pengendalian kutu lebih
baik dimulai dari lingkungan si hewan. Karena, pengobatan pada hewan
akan sia-sia jika lingkungannya tetap penuh kutu. Mereka akan kembali
tertulari.
Lantai di dalam rumah hendaknya
dibersihkan setiap hari. Kalau lantai berkarpet, gunakan penghisap debu
untuk menghilangkan telur dan larva pinjal. Celah-celah di lantai dan
rongga di bawah perabot sebaiknya disemprot atau diberi bubuk
insektisida berbahan aktif diazinon. Pada tahap awal, ini dilakukan 3
kali dengan interval 2-3 minggu. Selanjutnya, cukup 6-8 minggu sekali
secara teratur. Tempat tidur anjing atau kucing juga perlu dicuci
seminggu sekali.

Anjing menggaruk badannya
Halaman tempat bermain, terutama yang
teduh, harus disemprot insektisida. Ketika musim penghujan, penyemprotan
diulang tiap minggu, sedangkan saat kemarau residu insektisida bisa
bertahan selama sebulan atau lebih. Bila penyemprotan lingkungan sudah
cukup, giliran satwanya yang diperlakukan. Kutu di tubuh anjing atau
kucing dibasmi dengan obat yang efek residunya rendah, misalnya
berbentuk shampo berbahan aktif piretrin. Obat kutu berupa bedak
(contohnya bedak bernahan aktif karbaril 5%) termasuk teraman digunakan,
sebab efek residunya paling lama. Kendati demikian, pemakaian pada
kucing harus hati-hati lantaran kebiasaan hewan peliharaan itu menjilati bulu.
Jika penyemprotan lingkungan tidak
memungkinkan karena terlalu luasnya halaman atau hewan dilepas bebas,
maka perlu insektisida rendam atau sistemik. Dulu orang banyak memakai
asuntol dengan kosentrasi 1 gram/1 liter air. Satwa direndam kira-kira
10 menit. Obat ini sangat efektif membasmi kutu, terutama untuk caplak
yang terkenal sulit dibasmi. Namun hati-hati, metode ini terhitung
paling riskan, sehinga tidak boleh diterapkan pada kucing, anak anjing,
dan anjing yang sedang bunting atau sakit. Kini orang cenderung
menggunakan piretrin yang lebih aman.
Insektisida sistemik dapat berupa pil
atau dalam bentuk injeksi yang diberikan oleh dokter hewan. Pil terutama
ditujukan untuk pinjal. Siklus hidup kutu ini akan terputus kalau ia
sudah menggigit si hewan. Pada hewan yang alergi, reaksi kerusakan kulit
tetap terjadi bila belum semua pinjal terbunuh. #LP

Tidak ada komentar:
Posting Komentar